Selamat Siang semua...

Pada kesempatan kali ini saya akan share sesuatu yang berhubungan dengan Jepang dan kebudayaannya.Tulisan ini saya ambil dari beberapa blog karena menurut saya ini merupakan artikel yang menarik dan saya ingin menshare artikel ini kepada pengunjung di blog ini.Siapa tahu ada yang berkenan membaca artikel ini.Sebagai blogger yang baik,walau tulisan hasil dari copy paste saya tetap menyertakan link sumber tulisan ini pada akhir artikel.

Oke,selamat membaca kawan :)

Ini hanya observasi pribadi dari pengalaman tinggal di Sapporo, kota dingin di utara Jepang, yang terkenal dengan Snow Festivalnya. Walaupun Sapporo menempati urutan kota terluas ketiga di Jepang, kota ini cukup jauh dari hiruk-pikuk metropolitan. Bersepeda sedikit saja keluar pusat kota, akan terasa keheningan pedesaan walau masih dipenuhi oleh apartemen2 khas Jepang yang didominasi bangunan kayu. Seorang teman Jepang pernah mengatakan bahwa di Sapporo jam berdetak lebih lambat dibandingkan Tokyo. Maksudnya, walau dengan etos kerja yang sama, orang Sapporo terlihat lebih santai dibandingkan dengan sesamanya di Tokyo. Namun demikian, tipikal orang Jepang yang ‘gila kerja’ juga terlihat dalam kehidupan keseharian di Sapporo.

Sabtu di Jepang adalah hari libur (dari kerja), tetapi kita akan tetap menemui banyak pria berjas hilir mudik di Sapporo Station (station utama dan yang terletak di pusat kota). Jas adalah seragam orang kantoran. Artinya, walaupun libur, masih banyak orang Jepang, khususnya pria, yang lembur kerja. Bahkan pemandangan yang sama bisa kita jumpai pada hari Minggu. Di Sabtu dan Minggu, khususnya di musim panas, akan sering terlihat ibu dan anak berjalan-jalan, menikmati keindahan Taman Odori, Maruyama, atau taman2 lain. Ada yang hanya berjalan-jalan, duduk santai bahkan bermain dengan anak2. Taman Odori adalah taman kota sepanjang hampir 1,2 km yang terletak tepat di tengah kota.


Di taman inilah, saat musim dingin, diadakan Snow Festival yang sangat terkenal itu. Maruyama adalah taman di pusat kota juga, tapi tidak tepat di jantung kota seperti Odori. Di tengahnya ada danau kecil tempat orang naik perahu dan di musim panas, taman itu pusatnya barang2 loakan (flea market). Di musim dingin taman itu dijadikan tempat cross country ski sederhana. Yang menarik adalah jarang sekali terlihat bapak2 yang menemani anak2nya bermain. Kalau pun ada satu dua, biasanya mereka masih mengenakan jas yang artinya baru pulang lembur. Pemandangan yang sama pun akan dijumpai di kereta bawah tanah dan mall. Sangat sedikit terlihat keluarga utuh, bapak, ibu dan anak berjalan bersama.

Memang berbeda dengan kota-kota besar di Jepang, dimana nilai keluarga di Sapporo masih cukup tinggi. Menikah, memiliki anak dan hidup berkeluarga, masih merupakan bagian hidup yang dijalani sebagian besar penduduk Sapporo. Berbeda dengan apa yang pernah diamati dan diceritakan di Hiroshima, Kobe, Yokohama, dan beberapa kota2 besar lainnya. Di sana, sangat jarang melihat keluarga bermain di taman atau melihat ibu2 mendorong kereta bayi. Umumnya di taman2 mereka didominasi oleh remaja2 yang bermain dengan sesamanya.

Walaupun demikian, seperti halnya Jepang secara keseluruhan, pria lebih dominan dibandingkan dengan wanita. Dalam keluarga, perempuan bertanggung jawab semuanya, mulai dari mengurus suami dan rumah tangga. Tugas suami hanyalah bekerja mencari nafkah. Novel2 dan film2 Jepang, baik seting lama maupun baru pun secara tidak langsung menunjukan hal tersebut.


Jika satu keluarga akan berpergian, maka sang istrilah yang menyiapkan semuanya. Bahkan, sampai menyiapkan dan memasukan semua barang ke dalam mobil pun di lakukan oleh istri. Suami tinggal masuk mobil dan menyetir. Yang sering terlihat di mall atau di taman pun sama. Suami tidak pernah direpotkan dengan urusan anak. Anak belepotan makanan, baju kotor, ganti topi, membersihkan muka, dan semua ‘tugas kecil’ dilakukan semuanya oleh istri.

Tampaknya, bagaimana pria lebih superior dari wanita sudah terlihat sejak remaja. Lebih dari sekali terlihat, pasangan remaja, jika berpergian, maka yang membawa tas atau beban lebih banyak adalah yang wanitanya. Bahkan satu dua kali terlihat jika hanya ada satu sepeda, maka yang pria yang naik sepeda, sementara yang wanita jalan!

Itulah budaya Jepang dan tampaknya tidak ada masalah dengannya. Ini terbukti, dengan budaya yang sudah ratusan tahun itu, Jepang tetap bertahan dan maju sampai seperti sekarang.


Tampaknya pandangan beberapa wanita Jepang tentang budaya itu sedikit berubah saat mengenal lebih dekat kehidupan warga Indonesia di sana. Di Sapporo, ada banyak orang2 Jepang, yang umumnya wanita, sering bergabung dengan acara2 mahasiwa dan keluarga Indonesia (banyak wanita karena yang pria lebih suka kerja dan mabuk). Mereka tentu mengamati hal2 sederhana yang ternyata terlihat luar biasa dengan budaya yang selama ini mereka jalani.


Hal yang aneh untuk mereka melihat suami mencuci piring, atau suami membawa belanjaan di mall, atau suami yang menutup dan mengunci pintu saat sekeluarga berpergian, atau suami membantu mengganti baju anak di taman atau menyuapkan makanan kepada anaknya. Hal yang luar biasa juga untuk mereka melihat suami memasak dan menyiapkan makanan untuk istrinya, atau bermain dengan anak sementara istrinya duduk dan membaca.

Mereka pun merasa heran jika melihat mahasiswanya selalu mengantarkan dan tidak membiarkan mahasiswi pulang sendirian malam2. Jepang adalah salah satu negara teraman di dunia. Tidak ada kekhawatiran untuk pulang malam sendirian. Mereka lebih heran lagi jika tahu alasan mengantar tersebut bukan karena takut ada apa-apa di jalan, tapi karena menghargai mereka. Mereka juga akan terheran-heran jika ada yang rela memberikan sepedanya untuk dinaiki sementara yang punyanya berjalan. Pernah suatu kejadian, kita berjalan berlima, tiga pria (mhs Indonesia) dan dua wanita Jepang.


Kita semua kebetulan membawa sepeda. Setengah mati kita memaksa dan juga meyakinkan mereka untuk memakai dua sepeda kita. Suatu hal yang sulit dengan bahasa yang pas-pasan dan perbedaan budaya bertolak belakang. Terus terang, saat itu kita menawarkan bukan karena to be gentle, tapi agar segera sampai ke tempat tujuan. Tapi tetap saja susah sehingga kita semua berjalan dan agak terlambat sampai. Di kejadian lain, dalam kasus seperti itu, akhirnya kita tidak lagi menawarkan sepeda tapi menyuruh dengan tegas, take this bike or we don’t go.

Kebetulan, di dalam acara kumpul2 atau diskusi membahas sesuatu, hampir semua orang Indonesia, adalah orang2 yang mau mendengar dan menghargai pendapat orang lain. Di setiap diskusi mereka, orang2 Jepang, umumnya diam dan manut saja. Mungkin karena masalah bahasa dan juga merasa posisinya hanya sebagai penggembira dalam kelompok. Tapi kita tetap dan selalu minta pendapat mereka. Kita jelaskan dulu apa yang sedang kita bahas dalam bhs Jepang oleh teman yang bisa. Dan kemudian kita persilahkan mereka bicara dalam bahasa Jepang dan nanti akan diterjemahkan. Mereka mungkin tidak percaya betapa kita mau repot2 menjelaskan dalam bahasa mereka dan kemudian mendengar pendapat kelompok penggembira seperti mereka.

Dalam banyak hal, mereka melihat bahwa bangsa Indonesia memiliki budaya yang lebih baik dibanding dengan budaya mereka, khususnya dalam hubungan pria dan wanita. Dua dari tiga teman wanita Jepang jika ditanya apakah suka dengan pria Indonesia, maka mereka menjawab suka dan yang ketiganya bahkan ingin menikah dengan pria Indonesia. Sebagian besar teman2 Jepang yang sering bergabung adalah mereka yang berumur minimal di akhir 20an, dimana melihat lawan jenis sudah tidak dari tampan dan gagahnya tapi sudah lebih pada karakternya.

Bukti betapa ‘lakunya’ pria Indonesia di Jepang, adalah setidaknya di lingkungan Sapporo saja sudah ditemui sekitar enam keluarga, dimana suaminya adalah orang Indonesia.
Barangkali, kebetulan saja, orang2 Indonesia yang datang ke Jepang adalah orang2 pilihan. Tapi jika kita kenal lebih jauh dengan teman2 Jepang itu, kita akan tahu bahwa hampir semuanya sudah pernah ke Indonesia, khususnya Bali. Mereka sudah mengenal dan berinteraksi dengan pria Indonesia ‘langsung dari sumbernya’. Dan pendapat mereka tidak berubah bahwa pria Indonesia lebih menghargai wanita di bandingkan pria Jepang.


Sumber: 
http://yafi20.blogspot.com/2010/09/pria-indonesia-di-mata-wanita-jepang.html#ixzz2Hk4Re1vt
http://www.abizmal.co.cc/2010/05/pria-indonesia-di-mata-wanita-jepang.html

32 komentar:

  1. @MyToko
    Terima kasih broo :)
    sering - sering berkunjung yah..hehehe

    BalasHapus
  2. GOOD makasih atas pengetahuannya mas bro,pengen rasanya punya bini orang jepang,pengen cari yg sipit sipit heheheh

    BalasHapus
  3. @Arief Bepe mari bro, eh tpi tanggun sya lagi kuliah, nnti aja deh bro :D

    BalasHapus
  4. @reki
    sama bro,,saya juga lagi kuliah,,pengin nerusin kuliahnya disana :)

    BalasHapus
  5. @Anonim
    sama - sama bro,,,saya hanya share saja,,heheehe
    saya juga pengin punya istri orang jepang,,cz pastinya perempuan jepang itu kawaii :)

    BalasHapus
  6. bah... keren banget. eeto~..
    klo diliat2 dimana pun. aplagi didorama, itu biasanya laki2nya menawarkan speda gitu. tapi, yang dijelaskan ama admin kok beda. mungkin beda tempat beda prilaku yah min. mybe. tapi, neh site keren juga. arigatou atas infonya min. ^^

    BalasHapus
  7. @Ismail Ibn Talimin
    iya,,kalau di dorama sedikit berbeda dengan kehidupan aslinya bro....
    memang benar,,beda tempat beda perilaku bro,,,seperti pepatah "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung"(kalau gak salah bunyinya begitu,,hehehe)
    sama - sama bro,,,sering - sering berkunjung yah..
    arigatou gozaimasu atas kunjungan dan komentarnya :)

    BalasHapus
  8. Makasih atas infonya gan...arigatou :)

    BalasHapus
  9. Waduh klo gw ke pikiran nikah ma orang jepang gmana jadinya kluarga gw?? Ortu or kaka gw
    Tp orang jepang kliatan.y lebih setia yah??

    BalasHapus
    Balasan
    1. q juga pernah kepikiran gitu bro,,tapi kan kita masih bisa balik ke indo jika punya istri orang jepang dan tinggal disana...
      iyap,,orang jepang lebih setia

      Hapus
    2. Ogitu gan,udh pngalaman kya.y nih..cerita donk!!
      Gan klo ngdapet cwe lokal ma cwe jepang susah mana?? Apa sma aja?
      Ngmong2 setia.y kya gmana gan?

      Hapus
    3. iya gan...
      hahaha,,belum ada pengalaman sih,,itu cuma sebatas pemikiranku saja :)
      tapi semoga dapat istri orang jepang hehe :D
      keknya sama aja bro,,,cewek jepang biasanya mau pacaran sama orang yang udah kenal dan dia sendiri merasa nyaman kek cewek pada umumnya...
      kalau ngomongin setia keknya cewek jepang lebih baik bro,,kalau udah suka sama seseorang biasanya dia akan menjaganya

      Hapus
  10. Woooww... keren bro infonya. Semoga aku bisa dapet istri orang Jepang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih bro :)
      amin...
      semoga sama,,,semoga istri saya juga orang jepang :)
      ternyata keinginan kita sama :D

      Hapus
  11. *cari beasiswa IT di jepang lagi*
    motivasi kedua, motivasi kedua..
    YOSH!!~
    to, makasih info-nya, semangat lagi nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. selamat berburu beasiswa gan..
      semangattt!!!
      sama - sama bro :)

      Hapus
  12. wah bisa begitu ya,
    jadi pengen pindah sapporo

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya gan..
      saya cari artikel yang serupa semuanya menjelaskan begitu ...
      sama,,saya juga pengen ke sapporo gan,,biar sekalian bisa lihat festival musim dinginnya

      Hapus
  13. masa sih gan,jadi ingin kejepang nih,,, hka haaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya,,
      sama gan,,gimana kalau kita berangkat ke jepang bareng aja,,hahaha

      Hapus
  14. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe,,ternyata banyak juga yang kepengin ke jepang :)

      Hapus

Pengunjung yang baik adalah pengunjung yang meninggalkan jejaknya di blog / web yang dikunjunginya.Maka silakan tinggalkan komentar Anda di blog ini.
:)

Modified By Fujimaru. Diberdayakan oleh Blogger.
.
 
Japanesse and Anime Lovers Blog © 2014. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top